Arsitektur megah nan mewah berjejer rapi di Ibukota Kazakhstan, Astana. Suhu dingin tidak menghalangi perjalanan kali ini untuk melihat betapa indahnya city landmarks dari ibukota terdingin ke-2 di dunia ini.
Astana menggantikan Almaty sebagai Ibu Kota Kazakhstan sejak tahun 1997, bukanlah kota besar jika dilihat dari jumlah penduduknya yang hanya 650.000 penduduk, seukuran dengan satu kecamatan di Jakarta. Namun, kota ini telah menghabiskan lebih dari USD 15 milyar untuk membayar arsitektur terkemuka serta membangun city landmarks yang spektakular.
Mencoba mengeksplor semua kekayaan kota ini adalah hal yang sangat menakjubkan, terutama saat berjalan-jalan di sekitar Boulevard Nurzol Bulvar. Namun semua itu tidak bisa dilakukan dengan mudah, sebab wisatawan harus menghadapi cuaca yang dingin, sekitar minus 26 derajat celcius. Jelas saja, Astana adalah ibu kota terdingin ke-2 di dunia.
Pemandangan arsitektur indah tersaji saat berjalan kaki menempuh jarak 4,5 km, dari Khan Shatyr ke Bayterek. Lautan cahaya dari bangunan berarsitektur yang rupawan di kala malam menjadi pemandangan paling menakjubkan.
Khan Shatyr adalah bangunan tenda transparan raksasa terbesar di dunia, menjulang setinggi 150 m, didesain oleh arsitektur kondang Inggris, Norman Foster. Di dalamnya terdapat pertokoan modern dengan outlet merk-merk ternama, super market, cafe, restoran, berbagai sarana rekreasi termasuk kolam renang dengan tropical beach-nya. Sayang kita tidak sempat masuk karena waktu terbatas dan tiketnya tidak murah, rugi kalau hanya sebentar.
Sedangkan Bayterek adalah menara yang merupakan simbol sekaligus lambang Kota Astana. Di antara kedua tempat tersebut, berdiri berbagai gedung jangkung pusat perkantoran termasuk diantaranya Kaymunazgas yang merupakan perusahaan minyak di Kazakhstan.